cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kab. serang,
Banten
INDONESIA
Jurnal Candrasangkala Pendidikan Sejarah
ISSN : 24772771     EISSN : 24778214     DOI : -
Core Subject : Economy,
Journal of History Education Department in Faculty of Teacher Training and Education named Candrasangkala. In Indonesia Candrasangkala is the year of Saka as one of the influence of Hinduism. As a journal name, Candrasangkala is unique and closely related to history in terms of temporal aspects. Thus, Candrasangkala is a scientific journal of education and history as a place for critical thinking.
Arjuna Subject : -
Articles 6 Documents
Search results for , issue "Vol 5, No 2 (2019)" : 6 Documents clear
ARTS AND CULTURE EXHIBITION: CHARACTERISTICS OF MALUKU AS A MULTICULTURAL COMMUNITY IN MULTICULTURAL EDUCATION COURSES jenny koce matitaputty
Candrasangkala: Jurnal Pendidikan dan Sejarah Vol 5, No 2 (2019)
Publisher : Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30870/candrasangkala.v5i2.6483

Abstract

In the context of multiculturalism, education must reward the reality of plurality. Multicultural education is truly felt to have a very important space to be presented in the world of education as a solution to the appreciation of the plurality of Indonesian society. Performing arts and culture is one of the concrete steps to teach students as prospective teachers to be able to recognize the various characteristics of Maluku society as a multicultural society. This study used a qualitative method and was conducted on students of the historical education study program at the Faculty of Education and Teacher Training at Pattimura University. Data collection using observation techniques, interviews and questionnaires. The results of the study show that through art and cultural performance activities that are packaged in multicultural education learning clarify the characteristics of Maluku as a multicultural society, increase students' knowledge to appreciate the plurality of Maluku as a multicultural society, increase student awareness to be part of the people of Maluku, Indonesia and the World in maintaining world peace as well as providing hope to students in building the spirit of life of orang Basudara in Maluku.
Kontribusi Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Buzz Group Materi Perang Dingin Pada Mata Kuliah Sejarah Kontemporer Eropa Terhadap Hasil Belajar Kognitif Mahasiswa Oka Agus Kurniawan Shavab; Zulpi Miftahudin
Candrasangkala: Jurnal Pendidikan dan Sejarah Vol 5, No 2 (2019)
Publisher : Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30870/candrasangkala.v5i2.6588

Abstract

Berdasarkan observasi yang sudah dilakukan peneliti di Jurusan Pendidikan Sejarah Universitas Siliwangi pada mahasiswa angkatan 2017 bahwa hasil belajar yang ditunjukkan masih belum maksimal. Rendahnya pencapaian nilai akhir mahasiswa ini menjadi indikasi bahwa pembelajaran yang dilakukan selama ini belum efektif. Hal ini terjadi karena beberapa faktor diantaranya adalah kurang maksimalnya model pembelajaran yang dilakukan oleh dosen pengampu yang berdampak pada pemahaman kognitif mahasiswa dan situasi kelas yang kurang kondusif membuat mahasiswa tidak dapat berkonsentrasi secara maksimal dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran empirik tentang kontribusi model pembelajaran Cooperative Learning tipe Buzz Group materi perang dingin pada mata kuliah Sejarah Kontemporer Eropa Terhadap hasil belajar kognitif mahasiswa. Metode Penelitian yang dipakai adalah metode quasi eksperimen dengan design one group pre test post test design. Berdasarkan uji hipotesis yang sudah dilakukan dengan menggunakan uji paired sample t tes didapat nilai signifikansinya sebesar 0,000 yang berarti lebih kecil dari 0,05 artinya Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga kesimpulannya adalah Terdapat kontribusi model pembelajaran cooperative learning tipe buzz group materi perang dingin pada mata kuliah sejarah kontemporer eropa terhadap hasil belajar kognitif mahasiswa.
SUNGAI BENGAWAN SOLO: TINJAUAN SEJARAH MARITIM DAN PERDAGANGAN DI LAUT JAWA Melinda Rahmawati; Muhammad Ihkwan Riyadi; Rizkindo Junior Rizaldy
Candrasangkala: Jurnal Pendidikan dan Sejarah Vol 5, No 2 (2019)
Publisher : Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30870/candrasangkala.v5i2.7120

Abstract

Aliran Sungai Bengawan Solo sudah terkenal sejak masa penjajahan belanda. Sungai yang memiliki hulu di kaki gunung merapi dan pegunungan kidul, serta bermuara di laut selatan menjadikan sungai ini menjadi bagian terpenting dalam kehidupan masyarakat khususnya di Daerah Istimewa Yogyakarta. Sungai Bengawan Solo ternyata menyimpan sejarah maritim pada masa lalu yakni menjadi jalur perdagangan serta transportasi pada masa kerajaan majapahit. Sejarah yang tersimpan ini belum sepenuhnya dimunculkan dan masih dalam penelitian lebih lanjut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Historiografi dengan membandingkan beberapa literasi yang bersumber dari buku teks, jurnal ilmiah, dan lainnya. hasil dari penelitian ini adalah diketahuinya sejarah maritim dari Sungai Bengawan Solo dan salah satu fungsinya sebagai jalur perdagangan serta transportasi pada masa kerajaan majapahit.  
Maria Walanda Maramis Sang Pelita Pendidikan Perempuan di Minahasa ( 1917-1924 ) Khairul Tri Anjani
Candrasangkala: Jurnal Pendidikan dan Sejarah Vol 5, No 2 (2019)
Publisher : Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30870/candrasangkala.v5i2.5952

Abstract

Maria Yosephine Catharina Maramis, seorang putri keluarga Maramis Rotin Sulu, dilahirkan di Kema, kota pelabuhan kecil di Sulawesi Utara pada tanggal 1 Desember 1872. Ketika berumur enam tahun, Maria Josephine Chaterine Maramis menjadi yatim piatu karena kedua orang tuanya jatuh sakit dan meninggal. Maria Josephine Chaterine Maramis dan kakak-kakaknya diasuh oleh pamannya, Mayor Ezan Rotinsulu di Airmadidi dan disekolahkan di sekolah Melayu saat itu.Menurut pandangan Maria seorang ibu adalah inti dari suatu rumah tangga yang juga menjadi inti masyarakat, mengenai hal mendidik anak untuk melakukan pekerjaan rumah itu adalah tanggungjawab seorang ibu dan hal tersebut membutuhkan kepandaian dan keterampilan seorang ibu. Hal-hal tersebut biasanya tidak dimiliki oleh anak gadis Minahasa pada waktu itu dan apabila dilalaikan oleh masyarakat maka akan terjadi ketimpangan, maka perlu diberikan pelajaran bagi anak gadis yang kelak akan menjadi seorang ibu. Melalui pemahaman Maria yang sangat kritis dalam memandang ketimpangan sosial tersebut maka Maria berusaha untuk mencari solusi agar dapat menolong masyarakat Minahasa, khususnya kaum perempuan. Langkah-langkah yang ditempuh untuk mewujudkan ide Maria Walanda Maramis adalah sebagai berikut:   Maria mulai menulis berbagai artikel di surat kabar yang mengkampanyekan tentang pentingnya pendidikan bagi anak-anak, Maria juga mengadakan rapat yang beranggotakan kaum perempuan dengan Maria sebagai pembicara utamanya. Dengan semangatnya, Maria memberikan pengertian mengenai gagasan-gagasannya dan menyakinkan agar gagasannya dapat diterima dan Maria kemudian mengusulkan agar membentuk sebuah organisasi yang diberi nama Perserikatan Ibu Kepada Anak Temurunnya (PIKAT).PIKAT (Percintaan Ibu Kepada Anak Temurunnya), perkumpulan perempuan yang pertama di Minahasa yang berdiri pada tanggal 8 Juli 1917.  Pada tanggal 22 April 1924, Maria meninggal dunia. 45 tahun kemudian, Maria dianugerahi gelar Pahlawan Kemerdekaan Nasional.
Menjejak Keseharian Etnis Tionghoa Madiun 1966’an-2000’an Hendra Afiyanto
Candrasangkala: Jurnal Pendidikan dan Sejarah Vol 5, No 2 (2019)
Publisher : Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30870/candrasangkala.v5i2.6378

Abstract

ABSTRAKTulisan ini dibuat untuk mengetahui bagaimana konstruksi ulang identitas yang ditampilkan komunitas Tionghoa Madiun setelah pergantian rezim dari Orde Lama ke Orde Baru. Rentang waktu yang digunakan adalah 1966’an hingga 2000’an. Tahun 1966’an sebagai penanda secara kultural adanya pemaksaan untuk unifikasi orang-orang Tionghoa ke dalam masyarakat Indonesia. Sementara tahun 2000’an adalah masa reformasi yang diyakini sebagai penanda kebebasan orang-orang Tionghoa dalam berbagai aktivitas di masyarakat, yang ditandai dengan simbolisasi K.H. Abdurrahman Wahid sebagai bapak Tionghoa.Tulisan ini menggunakan metode sejarah ex-post factum sehingga sumber sejarah bisa ditelusi melalui wawancara dari para pelaku sejarah. Penulis juga menggunakan konsepsi dari Piere Nora terkait pengalaman dan memori mereka untuk melihat identitas yang digunakan dalam keseharian didua masa rezim. Bagaimana aktivitas ekonomi, bagaimana kultur yang harus dipaksa untuk sama dengan kultur masyarakat setempat, dan bentuk kebebasan setelah runtuhnya rezim orde baru. Dari sini nantinya bisa diliat tiap babak keseharian komunitas Tionghoa di Madiun yang membedakan dengan komunitas lainnya di Indonesia.Temuan tulisan ini secara garis besar adalah upaya negosiasi yang dilakukan komunitas Tionghoa Madiun untuk mempertahankan eksistensinya dari rezim. Negosiasi ini teraktualisasi menjadi simbol-simbol, baik secara ekonomi, kultural, dan sosial. Kata kunci: Komunitas Tionghoa; Madiun; Eksistensi; Rezim ABSTRACTThis article was create to reconstruct the identity of appereance Tionghoa ethnic of Madiun after a regime change. The year 1966’s was a cultural marker for Thionghoa ethnic unification into Indonesian society. And 2000’s was Reformation regime, marker for Tionghoa ethnic freedom on daily life, with KH. Abdurrahman Wahid as a Tionghoa’ father symbolism.This article use ex-post factum historical method, so historical evidence can be search with interview by historical actors. The author also use Piere Nora conception about experience and memories to see identity used of daily life into two regime. How about economic activities, how about culture coercion, and freedom forms after Orde Baru regime. From here we can see each parts in Tionghoa Ethnic Madiun daily life that distinguishes others.This conclusion of this article is negotiate efforts by ethnic Tionghoa Madiun to defend its existence from regime. This existence it actualized became symbols, such as economic, culture, and social.Keyword: Tionghoa Community; Madiun; Existence; Regime
Republik Indonesia Serikat:Tinjauan Historis Hubungan Kausalitas Peristiwa-Peristiwa Pasca Kemerdekaan Terhadap Pembentukan Negara RIS (1945-1949) Irvan Tasnur; Muhammad Rijal Fadli
Candrasangkala: Jurnal Pendidikan dan Sejarah Vol 5, No 2 (2019)
Publisher : Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30870/candrasangkala.v5i2.6599

Abstract

Artikel bertujuan untuk mengetahui hubungan kausalitas peristiwa-peristiwa pasca kemerdekaan dalam proses pembentukan negara RIS (Republik Indonesia Serikat). Berawal dari peristiwa proklamasi kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945 merupakan titik awal perjuangan untuk menjadi negara yang seutuhnya. Kedatangan Belanda pada tanggal 16 September 1945 dalam rangka untuk menanamkan kekuasaannya kembali ditentang oleh semua lapisan-lapisan masyarakat. Perlawanan-perlawananpun terjadi diberbagai daerah, perang dan diplomasi adalah dua jalan yang terus beriringan dalam proses penyelesaian sengketa. Propaganda sebagai alat yang mujarab digunakan oleh Belanda untuk memecah belah negara Indonesia, usaha tersebut kemudian berhasil dengan terbentuknya negara - negara federal (negara boneka bentukan Belanda). Diplomasi yang tidak kunjung mencapai kata sepakat, menjadi alasan pembenaran aksi agresi militer I dan II. Aksi tersebut menjadi sorotan dunia internasional yang kemudian mendesak pihak Belanda untuk mengakhiri konflik dengan menyelenggarakan KMB pada tanggal 23 Agustus 1949 di Den Hag, Belanda. Konsensuspun tercapai, 27 Desember 1949 Republik Indonesia Serikat Resmi dinyatakan berdiri. 

Page 1 of 1 | Total Record : 6